Tears on the morning soon

Posted on Desember 16, 2009

13


Dini hari jam 22.30, nada dering dua hp butut terus-terusan berdering, bergantian. Membangunkan bola mata yang telah merebah di atas sebuah kasur tanpa dipan sejak sekitar satu setengah jam sebelumnya. Kedua bola itu terbelalak, lalu memerhatikan nama dan nomor yang memanggil di kedua hp bututnya. “Oh, ternyata kekasiku yang telepon,” katanya di dalam hati. Telepon itu tak diterimanya, dia justru me-reject panggilan dan secepat mungkin membuka kode kunci hp, memencet-mencet menu koneksi. Dia mulai sign in ke dalam ebuddy, fasilitas yahoo chat lewat ponsel.

Setelah berhasil sign in, tak lama kekasihnya menyapa. Dibalaslah sapaan itu dengan hangatnya, mungkin sehangat nikmatnya kopi di pagi hari meskipun bola-bola mata dan pikirannya belum seutuhnya terbangun. Maklumlah, baru memejamkan mata satu setengah jam. Tapi itu bukan menjadi masalah, dia telah terbiasa tidak tidur malam, jadi satu setengah jam tidur dan dibangunkan bukanlah hal yang sulit dilakukan.

“Mas, bolehkan aku menjadi pendamping wisuda kakak kelasku?” pinta kekasih itu di dalam chatingannya. “Dia kakak tingkat yang telah melamarku dua kali.” Sambungnya di dalam chatingan. Seketika, hati sang kekasih itu merasa tertusuk duri, dirasakannya amat perih. Namun, karena dia laki-laki, dia berusaha menahan perih itu dan merasakannya sendirian. Tak ingin hati kekasihnya tersakiti hanya karena tidak diijinkan menjadi pendamping wisuda kakak tingkatnya yang pernah datang melamar dirinya.

Dengan nada yang amat berat dia menulis, “ga papa, terserah sayang saja, sayang yang lebih tahu mana yang harus dikerjakan.” Kalimat itu dituliskannya meski sebenarnya hatinya tidak mengijinkannya. Hatinya tidak rela dia menjadi penamping wisuda orang yang telah dua kali melamarnya.

Tanpa terasa, tiba-tiba airmata dari kedua bola matanya mengucur, membahasi sebagian kasur yang menjadi alas tidurnya. Hatinya merasa perih, tapi dia sudah janji sejanji-janjinya takkan menyakiti hati sang kekasihnya yang sudah sangat ia cintai. Dia kapok menyakiti kekasihnya. Baginya, cukup sekali kesalahan yang dia lakukan beberapa hari sebelumnya menjadi pelajaran berharga untuk mengenal psikologi seorang perempuan. Gara-gara kata-kata ngawur yang diucapkannya, perempuan kekasihnya sakit, dia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa hari. “Goblok sekali aku ini,” katanya di dalam hati menyesali perkataan yang telah keluar dari mulutnya yang berakibat sangat fatal bagi kekasihnya.

Dengan kejadian itu, dia tersadarkan bahwa hati seorang perempuan itu sangatlah rapuh, mudah terlukai, dan butuh waktu lama untuk mengeringkan luka yang telah tergores.

Karena itu, tatkala kekasihnya minta ijin menjadi pendamping wisuda kakak tingkatnya, dia tidak bisa melarangnya. Dia tak ingin ada luka lagi yang menggores di dalam hatinya. Meskipun hatinya sendiri yang tergores dan terluka. “Ah, biarlah airmata ini kutelan sendiri. Toh kalaupun kularang, aku juga tak bisa memberikan apa-apa hari ini. Ku tak bisa menghiburnya, paling cuma bisa mempersembahkan kata-kata berbusa yang membosankan lewat chatingan saja. Benar-benar laki-laki yang tidak mengasyikkan.”

Ahirnya, dia membayar janjinya untuk tidak menyakiti hati kekasihnya dengan airmatanya sendiri. Meski sebenarnya hatinya merasa sangat berat menerima kenyataan itu, tapi janji adalah janji. Dia harus menepatinya sedapat mungkin. Apalagi dia adalah laki-laki, bukanlah seorang laki-laki sejati orang yang menyalahi janji-janji yang telah diucapkannya.

Ahirnya, dia hanya berucap dalam linangan airmata yang menggenangi hening pagi yang syahdu, “Aku akan tetap menyayangimu, mencintaimu, bagaimanapun keadaanmu. Karena itu telah menjadi janjiku yang akan kupertanggungjawabkan nanti di dunia dan ahirat.”

Setelah beberapa jam berlalu, airmata itu berubah kembali menjadi senyuman, ternyata sang terkasih memahami perasaan kekasihnya. Dia membatalkan menjadi pendamping wisuda kakak tingkatnya. Dia memilih pulang ke kosnya menjaga perasaan kekasihnya yang amat dia cintai dan juga amat mencintainya. Dia memahami kalau dia pergi ke acara wisuda, perasaan kekasihnya pasti akan sangat tersakiti. Maka dari itu, dia pilih menjaga hati kekasihnya karena tak ingin kehilangan dirinya.

051209

Posted in: "CaPer"